Selasa, 20 Oktober 2009

Tanaman Sebagai Rekayasa Genetika

Pengertian Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.
Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Tentu saja, penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah orang kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi.
Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong) DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon laktosa pada prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen (termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.

Rekayasa Genetika tanaman

Sekira 20 produk pertanian hasil modifikasi genetik telah beredar di pasaran Amerika, Kanada, bahkan Asia Tenggara. Dalam enam tahun ke depan, berbagai perusahaan telah menyiapkan 26 produk lainnya, mulai dari kedelai, jagung, kapas, padi hingga stroberi. Dari yang tahan hama, herbisida, jamur hingga pematangan yang dapat ditunda.
Pada dasarnya prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi genetik. Baik seleksi tanaman secara konvensional maupun rekayasa genetika, keduanya memanipulasi struktur genetika tanaman untuk mendapatkan kombinasi sifat keturunan (unggul) yang diinginkan.
Bedanya, pada zaman Mendel, kode genetik belum terungkap. Proses pemuliaan dilakukan dengan ”mata tertutup” sehingga sifat-sifat yang tidak diinginkan kembali bermunculan di samping sifat yang diharapkan. Cara konvensional tidak mempunyai ketelitian pemindahan gen. Sedangkan pada new biotechnology pemindahan gen dapat dilakukan lebih presisi dengan bantuan bakteri, khususnya sekarang dengan dikembangkannya metode-metode DNA rekombinan.

Varietas baru

Apa yang ingin dilakukan oleh para ahli genetika ialah memasukkan gen-gen spesifik tunggal ke dalam varietas-varietas tanaman yang bermanfaat. Hal ini akan meliputi dua langkah pokok. Pertama, memperoleh gen-gen tertentu dalam bentuk murni dan dalam jumlah yang berguna. Kedua, menciptakan cara-cara untuk memasukkan gen-gen tersebut ke kromosom-kromosom tanaman, sehingga mereka dapat berfungsi.
Langkah yang pertama bukan lagi menjadi masalah. Dengan teknik DNA rekombinan sekarang, ada kemungkinan untuk menumbuhkan setiap segmen dari setiap DNA pada bakteri. Tidak mudah untuk mengidentifikasi segmen khusus yang bersangkutan di antara koleksi klon. Khususnya untuk mengidentifikasi segmen tertentu yang bersangkutan di antara koleksi klon, apalagi untuk mengidentifikasi gen-gen yang berpengaruh pada sifat-sifat seperti hasil produksi tanaman.
Langkah kedua, memasukkan kembali gen-gen klon ke dalam tanaman juga bukan sesuatu yang mudah. Peneliti menggunakan bakteri Agrobacterium yang dapat menginfeksi tumbuhan dengan lengkungan kecil DNA yang disebut plasmid Ti yang kemudian menempatkan diri sendiri ke dalam kromosom tumbuhan. Agrobacterium merupakan vektor yang siap pakai. Tambahkan saja beberapa gen ke plasmid, oleskan pada sehelai daun, tunggu sampai infeksi terjadi, setelah itu tumbuhkan sebuah tumbuhan baru dari sel-sel daun tadi. Selanjutnya tumbuhan itu akan mewariskan gen baru kepada benih-benihnya.
Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi (setiap potongan organ tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.

Kapas transgenik

Tanaman hasil rekayasa genetika atau sering kita sebut sebagai tanaman transgenik melangkah dari eksperimen laboratorium ke uji lapangan dan akhirnya komersialisasi hampir tanpa hambatan yang berarti. Memang, kadang ada eksperimen yang gagal, tetapi tidak sampai menimbulkan ”kecelakaan.”
Tahun 1989 untuk pertama kalinya uji lapangan dilakukan pada kapas transgenik yang tahan terhadap serangga (Bt cotton) dan pada tahun yang sama dimulai proses pemetaan gen pada tanaman (Plant Genome Project). Pada tahun 1992 sebuah perusahaan penyedia benih memasukkan gen dari kacang Brasil ke kacang kedelai dengan tujuan agar kacang kedelai tersebut lebih sehat dengan mengoreksi defisiensi alami kacang kedelai untuk bahan kimia metionin. Meskipun sedikit, ada orang yang alergi terhadap kacang Brasil dan kacang kedelai transgenik tersebut menimbulkan efek alaergi pada orang yang sama.
Perusahaan tersebut menghentikan projek tersebut padahal ratusan ribu orang dapat diselamatkan dari kekurangan gizi tersebut dibandingkan satu atau dua orang saja yang alergi terhadap kedelai tersebut. Dua tahun kemudian untuk pertama kalinya Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyetujui pangan transgenik (tomat) yang dapat ditunda proses kematangannya (FLARSAVR Tomatoes). Pada tahun 1999, di Inggris, dengan badan regulasi keamanan produk pangan yang telah kehilangan kepercayaan setelah epidemi ”sapi gila.” Produk hasil rekayasa genetika menjadi perkara besar, padahal di Amerika perkara yang sama telah menjadi biasa pada tiga tahun sebelumnya.

Serap tenaga kerja

Memang di dalam teknologi rekayasa genetika ada yang aman ada juga yang tidak, sama amannya atau sama bahayanya dengan gen-gen yang direkayasa. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Kelebihan dari proses rekayasa genetika tanaman transgenik dibandingkan dengan pemuliaan tanaman secara tradisional yaitu dalam tanaman transgenik, gen yang dipindahkan dapat diketahui dengan persis dan dapat diikuti "perjalanannya". Tanaman yang tahan terhadap serangga tertentu, tidak begitu banyak memerlukan insektisida, bahan bakar untuk alat semprot, dan tidak ada kaleng bekas insektisida menjadikan tanaman transgenik ramah terhadap lingkungan.
Dapat menjadi bahan renungan bagi kita, saat ini enam puluh persen benih yang dijual di Amerika adalah benih hasil rekayasa genetika. Tak heran, jika sejak 1992 pertumbuhan industri bioteknologi mengalami pertumbuhan lebih dari tiga kali lipat. Dengan peningkatan pendapatan dari 8 miliar dolar AS di tahun 1992 menjadi 27,6 miliar dolar AS di tahun 2001.
Bukan hanya itu, industri bioteknologi telah menyediakan lapangan kerja bagi 179.000 orang, jumlah ini lebih banyak dari jumlah pekerja di bidang makanan, mainan, dan jasa. Inilah kemajuan bioteknologi yang kita harapkan. Coba kita cermati apa yang dikatakan William Shakespeare dalam Measure for Measure, keraguan adalah pengkhianatan, membuat kita kehilangan peluang untuk menang karena rasa takut untuk mencoba. Ya, dari totipotensi telah menjadi potensi bisnis.

TNT dan Rekayasa Genetika Tanaman Tembakau

Tembakau memang tidak baik untuk kesehatan, namun hasil dari sebuah penelitian menunjukkan bahwa tanaman tembakau hasil rekayasa genetika ternyata mampu memperbaiki kondisi tanah yang tercemar TNT atau trinitrotoluene. TNT adalah bahan peledak yang umum digunakan dalam dunia militer.Kontaminasi tanah oleh TNT adalah merupakan masalah lingkungan terbesar yang dialami oleh negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia II, daerah latihan militer dan area di mana pabrik peledak berdiri. Selain berbahaya, TNT juga bersifat racun dan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Para peneliti telah mengetahui bahwa bakteri tertentu mampu memetabolisme TNT dan mengubahnya menjadi senyawa yang tidak beracun. Namun, bakteri yang terdapat di alam sangat terbatas. .Kemudian para peneliti memasukan enzim bakteri tertentu ke dalam tanaman tembakau, yang dapat menguraikan TNT. Ternyata setelah dicoba ditanam di tanah yang terkontaminasi dengan TNT bersama-sama dengan tanaman tembakau tanpa rekayasa, hasilnya menunjukkan bahwa tanaman tembakau hasil rekayasa genetika mampu menurunkan kandungan TNT dalam tanah secara signifikan.Selain itu, para peneliti juga menyimpulkan bahwa tanaman hasil rekayasa genetika mampu membersihkan sumber kontaminan lain, selain TNT.

Proses Rekayasa Genetika

Tidak di pungkiri kemajuan ilmu pengetahuan telah sedemikian detail dan mendalam. Bahkan, sesuatu yang dulunya belum terpikirkan oleh kita, semuanya bermunculan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bioteknologi adalah bidang ilmu yang mengalami perkembangan luar biasa dan hangat di perbincangkan. Bioteknologi itu sendiri sebenarnya bukan lah barang baru, di populerkan oleh Karl Ereky pada tahun 1917.
Bioteknologi secara umum di defenisikan sebagai semua aplikasi dari teknolgi yang diupayakan untuk pegembangan suatu organisme. Defenisi ini mengandung arti yang sangat luas, karena banyak orang berfikir bahwa pamuliaan tanaman dan mutasi juga temasuk bioteknologi sehingga muncullah defenisi bahwa bioteknologi merupakan ‘aplikasi teknologi untuk pengembangan fungsi biologikal suatu organisme dengan menyisipkan gen tertentu dari organisme lain’
Bagaimana dengan rekayasa genetika? Dalam sebuah artikel di sebutkan bahwa rekayasa genetika merupakan alat yang mendasar dari bioteknologi, di mana terdapat keterlibatan banyak proses di dalamnya yang terdiri dari:


1. Tahap isolasi gen

2. Modifikasi gen sehingga berfungsi sesuai yang di inginkan.

3. Mempersiapkan gen untuk disisipkan ke dalam organisme baru

4. KemudiaN pengembangan transgenik atau GMO’s


Bagaimana sebenarnya rekayasa genetika itu berkembang. Pada tahun 1973 Stanley Cohen dan Herbert Boyer menciptakan bakteri melalui rekayasa genetika untuk pertama kalinya. Kemudian tahun 1981, pertama kali di kembangkan tikus dan lalat buah produk rekayasa genetika, menyusul pada tahun 1985 Plant Genetic Systems (Ghent, Belgium), sebuah perusahaan yang didirikan oleh Marc Van Montagu dan Jeff Schell, merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan tanaman tembakau toleran terhadap hama dengan mengambil protein insektisida dari bakteri Bacillus thuringiensis.
Berikut secara umum bagaimana tanaman rekayasa genetika dikembangkan.
Dalam perjalanannya, rekayasa genetika mendapat tanggapan, baik yang mendukung ataupun menolak tentang pengembangan rekayasa genetika. Tanggapan beragam datang dari kalangan pemerintahan, pendidikan maupun masyarakat umum. Evaluasi konsekwensi dari rekayasa genetika tentunya sangat beragam, baik dari sisi lingkungan hidup, kesehatan manusia dan terutama motivasi dan sosial kultural masayakat.
1. Dari sisi lingkungan hidup, dengan munculnya tanaman baru dengan sifat baru, sedikit banyak nya akan mempengaruhi kestabilan lingkungan yang ada. Contoh, pengembangan tanaman tahan terhada hama belalang, kepunahan belalang, atau bisa menimbulkan pengurangan populasi burung sebagai pemangsa. Contoh lainnya, Penyebaran pollen berpotensi menyebarkan genyang diintroduksi dalam tanaman transgenik kedalam tumbuhan lainnya
2. Dari sisi kesehatan manusia, mengkonsumsi makanan hasil rekayasa genetika, sedikit banyaknya bisa mempengaruhi kestabilan proses yang terjadi dalam sel.
3. Telah menjadi perbincangan hangat di kalangan bahwa produk-produk rekayasa genetika itu banyak di manfaatkan oleh industri-industri besar untuk menambah margin keuntungan dari perusahaannya.
4. Laboratorium yang memiliki fasilitas untuk rekayasa genetika, umumnya berbiaya sangat tinggi dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap produsen alat dan bahan kimia yang di gunakan.
5. Sacara etika dan moral msih menjadi perdebatan.

Tujuan dan Hasil Rekayasa Genetika

Reakaya genetika pada tanaman itu bertujuan untuk menghasilkan varietas-varietas tanaman yang bermanfaat dan berguna. Selain itu juuga rekayasa genetika dapat menguntungkan maupun merugikan. Menguntungkannya dapat menghasilkian tanaman yang bermanfaat, sedangkan merugikannya tanaman yang dihasilkan bukanlah tanaman yang alami melainkan merupakan hasil dari rekayasa genetika yaitu memasukkan gen-gen baru kedalam tanaman itu sendiri. Namun semua itu tergantung dari orang-orang yang memanfaatkannya. Jika dimanfaatkan untuk yang tidak baik maka semua itu hanya akan merugikan, sedangkan jika dimanfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Pemanfaatan Mikroba

Ditengah ramenya isu global warming, Himpunan Mahasiswa Biologi Institut Pertanian Bogor (Himabio IPB) dan Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional Sains Sebagai Penyelamat Lingkungan Senin (3/12) di Auditorium Rektorat Kampus IPB Darmaga.Seminar ini mendiskusikan jalan keluar menekan global warming di dunia melalui berbagai aksi diantaranya dengan menanam tanaman hijau. Tanaman hijau menyerap kelimpahan karbondioksida di udara, mengubahnya menjadi karbohidrat, selulosa serta oksigen. Fiksasi kanbondioksida ini tidak hanya dilakukan oleh tanaman, sebagian besar proses autotrofi dilakukan oleh mikroba.Selain cara konvensional, metode non konvensional menjerat karbondioksida bisa dilakukan dengan memanfaatkan biota laut yaitu ganggang (algae). "Lebih dari 90 persen kontribusi laut dalam menyusun biosfer. Paling banyak fiksasi karbondioksiada terjadi di Laut. Mikroorganisme khususnya ganggang menggunakan karbondioksida di udara untuk proses autotropik. Oleh karenan itu, laut dianggap sebagai tempat pembenaman raksasa karbondioksida," kata Guru Besar Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, Prof.Dr.Ir. Antonius Suwanto. Vinlandia telah membudidayakan ganggang pengganti kayu sebagai bahan baku kertas. Penggunaan ganggang di sana mampu menekan upaya penebangan pohon di hutan. Tak heran hutan Vinlandia tetap terjaga kelestariannya hingga kini.
Antonius mengatakan mikroorganisme menempati hampir semua relung kehidupan dan memainkan peranan penting dalam kesehatan planet bumi. Potensi pemanfaatan mikroba ini sangat besar. Di Indonesia saja belum banyak penelitian tentang pemanfaatan mikroba dari sumber air panas (hot spring). Padahal Indonesia memiliki banyak gunung berapi dan sumber air panas. Antonius mencontohkan mikroba akuavex dari pegunungan Dieng bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pohon buatan yang mengurangi pencemaran karbondioksida. "Mikroba dapat menjadi penyebab atau korban, namun juga dapat menjadi penyelamat alami mengatasi pemanasan global."Antonius juga mengkritisi ilmu Biologi saat ini yang kehilangan arah fokusnya. "Ilmu Biologi ibarat mata air yang mensuplai berbagai ilmu-ilmu hilir. Untuk menggiatkan penemuan-penemuan baru di bidang Ilmu Biologi, perlu ada revitalisasi Ilmu Biologi dalam perguruan tinggi," ujarnya.Seminar yang dibuka Dr.Ir.Ibnul Qoyyim dan Perwakilan Direktorat Kemahasiswaan, Ir.Bambang Riyanto ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Prof.Dr.Ir.Irsal Ias, M.S (Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian), Prof.Dr.Ir. Mien Rifai (Emeritus Bidang Botani Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dan Dr.Sutrisno (Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian).

Referensi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Genetika_molekular
http://www.shantybio.transdigit.com/?Biologi_-_Genetika:Rekayasa_Genetika_Tanaman
http://anekailmu.blogspot.com/2007/08/tnt-trinitrotoluene-dan-tanaman.html
http://www.eurekaindonesia.org/rekayasa-genetika/
http://agrifm.blogspot.com/2007/12/mikroba-penyelamat-alami-global-warming.html

Selasa, 06 Oktober 2009

Hutan Sebagai Sumber Daya Alam


A. Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.
Sumber daya alam berdasarkan jenis :
- sumber daya alam hayati / biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
- sumber daya alam non hayati / abiotik adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain
Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
- sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan.
contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
- sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah.
contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
- Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited.
contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.
Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya:
- sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
- sumber daya alam penghasil energiadalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi.
misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.

B. Pengertian Hutan

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah
tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan
tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan
Daratan merupakan tempat tinggal bagi makhluk hidup yang bernama manusia dan makhluk hidup lainnya yang bertempat tinggal di daratan. Makhluk hidup memerlukan kenyamanan untuk bertahan hidup di bumi. Dari waktu ke waktu bumi semakin kehilangan kenyaman itu. Ini bisa disebabkan karena menipisnya kawasan hutan yang membuat musim kemarau semakin panjang dan terasa semakin panas.
Hutan merupakan SDA (Sumber Daya Alam) yang terpenting bagi suatu Negara. Indonesia bisa dibilang Negara yang kaya akan sumber daya alam kehutanannya. Hampir dari 40% hutan tropis di dunia berada di Indonesia. Ini merupakan presentasi yang besar bagi suatu Negara seperti Indonesia. Ini juga merupakan keberuntungan yang harus disyukuri bagi masyarakat Indonesia.

C. Kondisi Hutan
Luas hutan yang berada di Indonesia mendapat urutan hutan terluas ke-3 di dunia. Dengan adanya luas hutan seluas ini, berarti terdapat berbagai macam keragaman hayati di Indonesia. Terutama di pulau-pulau Indonesia yang mempunyai lahan hutan luas. Contohnya, pulau Sumatera. Sebelum luas hutan di Sumatera mengalami penyempitan, disana terdapat keberagaman hayati yang unik-unik. Misalnya, harimau Sumatera, badak Sumatera, gajah Sumatera, dan orangutan Sumatera. Mereka semua bertempat tinggal di hutan Sumatera. Tapi, sekarang akibat dari penyempitan hutan di Sumatera, mamalia-mamalia besar tersebut sudah terancam punah. Karena rumah mereka mengalami penyempitan, sehingga hanya mamalia yang beruntung saja yang akan hidup, sedangkan yang tidak beruntung akan mati.
Jika direnungkan, akan sangat disayangkan jika hutan Indonesia terus mengalami penyempitan.Luas hutan yang mengalami kerusakan hampir mencapai 3 juta hektar per tahun. Keadaan hutan di Indonesia memang sebaiknya menjadi perhatian yang nomer satu, karena memang sekarang ini hutan Indonesia sudah mencapai fase kritis.
Keadaan hutan Indonesia yang terjadi sekarang ini masih bisa diperparah lagi. Rusaknya hutan Indonesia, ini bukan sepenuhnya salah pemerintah. Malahan mungkin hampir 75% kerusakan hutan Indonesia disebabkan oleh rakyat kecil. Jadi, untuk mengatasi kerusakan hutan Indonesia seperti yang terjadi sekarang ini, rakyat kecil dan pemerintah harus duduk berdiskusi bersama membahas keadaan hutan Indonesia sekarang ini.
Kerusakan hutan di Indonesia semakin mendapatkan perhatian dari berbagai lembaga terutama dari pihak Internasional. Apalahi jika masalah rusaknya hutan dikaitkan dengan maraknya berita yang sedang memanas sekarang ini. Yaitu berita tentang “GLOBAL WARMING”.Global warming atau bisaa kita sebut dengan “Pemanasan Global”. Peristiwa semakin panasnya suhu bumi yang diakibatkan perubahan suhu bumi yang tidak stabil. Dengan rusaknya hutan-hutan di dunia terutama hutan-hutan di Indonesia, berarti kita telah memberi peluang yang baik untuk terjading Global warming ini. Jika pemanasan global ini terus terjadi, es-es yang berada di Kutub Utara dan Kutub Selatan akan mencair. Sehingga permukaan air laut akan naik dan permukaan daratan akan berkurang. Sampai sekarang ini pun, sudah banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang hanyut atau hilang tertutup air laut. Itu baru di Indonesia, bagaimana dengan seluruh Negara di dunia?.
Kembali membahas keadaan hutan Indonesia. Jika kita semua tidak segera mengambil tindakan yang cepat dan tepat untuk hutan kita. Banyak pulau-pulau di Negara kita akan mengalami kekeringan dan kehilangan lahan-lahan hutan. Yang sebenarnya menurut survey, hutan sangat penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup.
Hutan Indonesia yang sudah dalam kondisi SOS (save our soul / selamatkan jiwa kami) yang sangat menanti tindakan tegas dan terarah dari pemerintah melalui kesiapan aparatnya untuk menyelamatkan masa depan hutan yang sekaligus menyangkut masa depan kita semua (Doc. Internet). Jika hutan Indonesia bisa berbicara, mungkin hutan Indonesia akan berkata “save our soul, save our soul” (selamatkan jiwa kami, selamatkan jiwa kami).
Dengan kondisi hutan Indonesia yang sudah mencapai tahap SOS ini. Berarti makin sempit peluang bumi untuk bernafas. Karena memang, hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia. Kalau dalam organ manusia, paru-paru sangat menentukan hidup atau matinya seseorang. Karena dengan paru-paru ini manusia bernafas. Bisa disimpulkan, kalau hutan Indonesia mengalami kerusakan, berarti paru-paru dunia yang digunakan untuk bernafas juga mengalami gangguan.
Hutan Indonesia bisa dibilang sebagai penyumbang pemasokan oksigen terbanyak untuk bumi bernafas. Tapi melihat keadaan hutan Indonesia yang sekarang ini, pernyataan itu perlu dipertanyakan lagi?. Karena jangan-jangan Indonesia sudah pensiun dari jabatannya sebagai penyumbang oksigen terbanyak untuk bumi bernafas.
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang mampu menyediakan bahan-bahan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan keluarga. Sebaliknya masyarakat mengupayakan pengelolaan hutan agar dapat menjamin kesinambungan pemanfaatannya, bagi masyarakat hutan dan segala isinya bukan sekedar komoditi melainkan sebagai bagian dari sistim kehidupan mereka. Oleh karena itu pemanfaatannya tidak didasari pada kegiatan eksploitatif tetapi lebih dilandasi pada usaha-usaha untuk memelihara keseimbangan dan keberlanjutan sumberdaya hutan.

D. Pengelolaan
Realitas yang terjadi saat ini kebijakan Pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya hutan belum menyentuh sama sekali kepentingan masyarakat dalam menjamin kesejahteraan dan perlindungan bagi pemanfaatan secara berkelanjutan. Proses konversi hutan menjadi berbagai peruntukan lain seperti areal konsesi HPH, perkebunan besar swasta, transmigrasi, pertambangan dan lainnya tanpa memperhatikan aspek kepentingan masyarakat lokal.
Pengelolaan hutan selama masa orde baru secara sistematis telah menghabiskan sumberdaya alam Indonesia untuk kepentingan pembangunan industri yang meminggirkan rakyat, hanya untuk keuntungan segelintir orang dan membangun negara yang korporatis, korup, kolusi dan nepotis. Kondisi ini diawali dari paradigma pembangunan yang menghalalkan segala cara untuk mengejar ambisi ekonomi dengan memasung hak-hak politik rakyat, mengingkari hak-hak asasi manusia dan kelestarian sumberdaya alam. Kondisi ini pada gilirannya menimbulkan krisis ekonomi, ekologi, pangan dan kepercayaan yang berkepanjangan, hal ini membuktikan kalau pemerintah Orde Baru tidak mampu menjamin peningkatan kesejahteraan dan perlindungan bagi masyarakat khususnya yang tinggal dipedesaan dan pedalaman.
Apabila ingin merobah arah pengelolaan sumber daya hutan, maka harus mulai mencari pendekatan baru. Pendekatan yang semula mempercayakan sepenuhnya pengusahaan hutan kepada pemegang HPH, dirobah menjadi pengelolaan sumber daya hutan yang koperatif dengan berbasiskan pada pengetahuan lokal yang telah tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat. Implikasi dari pendekatan ini adalah pilihan untuk menerapkan pengelolaan hutan alam produksi berbasis masyarakat atau yang lebih sering disebut oleh Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagai pola Pengelolaan Hutan Alam Produksi oleh Masyarakat Jambi (PHAPMJ).
Sebagai suatu paradigma baru didalam pengelolaan hutan yang berbasiskan masyarakat, konsep ini masih perlu di buktikan operasionalisasinya dilapangan, sebab akan didapat suatu pembuktian yang empirik bahwa masyarakat mampu. Asal diberi kesempatan untuk mengelola. Uji coba dilaksanakan di areal kawasan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan UGM, yang dikelola oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan anggota berasal dari penduduk dusun Sei Tilan dan Sei Bungur di desa Aburan Batang Tebo, Kecamatan Tebo Tengah Kabupaten Bungo Tebo, Jambi. Rancangan awal kegiatan PHAPM dibuat berdasarkan penelitian UGM bersama masyarakat, misalnya menghitung potensi kayu. Areal hutan alam produksi yang akan dikelola sebagai bentuk ujicoba konsep tersebut luasnya 250 Ha.
Proses penyiapan infrastruktur sosial berupa fasilitasi masyarakat yang mencakup kegiatan penjajagan kebutuhan, sosialisasi, penguatan kelembagaan dan rencana mekanisme pengelolaan difasilitasi oleh Yayasan Warung Informasi Konservasi (WARSI) dan telah didesiminasikan didepan berbagai stakeholder di Kabupaten Bungo Tebo pada bulan Mei 1999 yang lalu.
E. Analisa Mengenai Pengelolaan Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan juga merupakan SDA karena dengan hutan kita dapat menikmati pemandangan yang indah dan udara yang dengan berbagai macam tumbuhan serta pepohonan yang ada. Namun kondisi hutan saat ini tidaklah seperti yang diinginkan karena banyak terjadi kerusakan terhadap hutan. Oleh kiarena itulah harus dilakkan pengelolaan terhadap hutan secara baik dan benar agar hutan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Diharapkan juga agar pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam menjaga kelestarian hutan dan juga harus mengerti serta memahami betapa pentingnya hutan bagi kehidupan.

Referensi :
http://www.warsi.or.id/Projects/PHAPMT_ind.htm


LINK POWERPOINT :


http://www.scribd.com/full/20785398?access_key=key-34tvfo70n3gb4e0t2l

Minggu, 04 Oktober 2009

Hallo.....
Selamat datang di Ozy Blog