Minggu, 22 November 2009

Krisis Listrik

Pemerintah menetapkan krisis kelangkaan listrik yang terjadi di Tanah Air saat ini sudah memasuki tahapan darurat energi karena dari 24 daerah system kelistrikan 22 di antaranya berada dalam situasi deficit dan siaga. Dalam 6 bulan ke depan diharapkan ada solusi konkret sehingga kekurangan listrik bisa sedikit ditekan. Krisis listrik mencuat menyusul kerusakan pada trafo di gardu induk Cawang dan Kembangan, Jakarta, akhir September. Kerusakan itu membuat Jakarta dan sekitarnya harus mengalami pemadaman bergilir. Situasi ini mengundang kecaman dan protes terutama dari kalangan industri yang menderita kerugian hingga miliaran rupiah. Atas dasar itu, Kantor Menko Perekonomian tengah membahas secara detail berbagai penyebab kelangkaan listrik dengan mengarah pada tiga elemen. Pertama pilihan teknologi pada saat investasi pembangkit listrik yang dapat mempengaruhi harga jual listrik. Kedua elemen ongkos pemeliharaan variable. Ketiga elemen biaya bahan bakar. Elemen bahan baker inilah yang menjadi fokus utama pemerintah dalam mencegah kenaikan tariff dasar listrik.
Jakarta adalah sentral. Kota ini wajah republik. Tapi rupa elok Ibu Kota itu sekarang sulit dikenali. Pasalnya "byarpet" alias mati lampu kerap terjadi. Alhasil aktivitas warga terganggu. Lalu lintas semrawut, kemacetan makin panjang, energi yang terbuang akibat macet menanjak, kalangan industri menjerit. Bayangkan industri skala rumahan di Jakarta yang tekor hingga Rp 10 miliar per hari. Yang menimpa Jakarta ini melengkapi nestapa serupa di sekujur Nusantara. Kita terheran-heran menyaksikan pemadaman bergilir sudah terjadi berbgai daerah di Indonesia. Pangkal persoalan bukan kerusakan mesin pembangkit atau sebab lain yang bersifat insidental. Lebih fundamental dari itu, PLN di sejumlah daerah mengalami defisit atau kekurangan pasokan listrik.
Referensi :

Koran Kompas , Sabtu 21 November 2009 Halaman 1

http://berita.liputan6.com/producer/200911/250545/Menuju.Krisis.Listrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar